MEMBERI NILAI YANG BERMAKNA

Foto: Luisella Planeta Leoni/Pixabay














Apakah arti bermakna dalam memberikan nilai? Apakah esensi yang terkandung di dalamnya? Jika ada praktik yang bermakna dalam memberikan nilai berarti ada praktik yang tidak bermakna dalam memberikan nilai.

Nilai dalam bentuk angka atau huruf di dalam laporan hasil belajar siswa (rapor) sebagai ringkasan pencapaian pembelajaran siswa pada suatu mata pelajaran tertentu boleh dibilang hanya memiliki sedikit makna. Sebagai contoh, seorang siswa memperoleh nilai angka 90 dengan nilai huruf B pada suatu mata pelajaran tertentu. Nah, nilai tersebut tidak memberikan informasi apapun baik itu kepada ssiswa maupun kepada orang tua. Katakanlah nilai tersebut tidak menjelaskan bahwa siswa sudah sungguh-sungguh belajar atau sudah belajar dengan tekun, serta kemajuan atau perbaikan pembelajaran apa yang sudah diperoleh.

Apabila memberi nilai mempunyai tujuan mengomunikasikan hasil atau prestasi belajar siswa, cara tersebut tidaklah efektif. Mengapa? Karena si penerima pesan yaitu siswa dan orang tua tidak dapat menafsirkan makna apa yang terkandung pada nilai yang diperoleh siswa.

Bagaimana caranya agar nilai yang diberikan memiliki makna bagi siswa dan orang tua? Agar nilai yang diberikan kepada siswa memiliki makna, maka nilai haruslah berdasarkan kompetensi, standar, tujuan pembelajaran atau target pembelajaran yang yang telah ditetapkan.

Apabila nilai yang diberikan berdasarkan kompetensi, standar tertentu, tujuan pembelajaran atau target pembelajaran, maka guru dapat menjelaskan pada aspek apakah seorang siswa memiliki kelebihan atau kekuatan di dalam pembelajarannya. Atau pada aspek manakah siswa membutuhkan perbaikan pembelajaran. Dengan cara ini siswa dan orang tua mengetahui cara atau strategi untuk memperbaiki pembelajaran.

Di samping itu, nilai itu tidak hanya pada mata pelajarannya saja, melainkan pula pada standar atau kompetensi yang telah dicapai. Katakanlah pada mata pelajaran IPA, siswa tidak hanya memperoleh nilai pada mata pelajaran tersebut, melainkan lebih khusus lagi pada kecakapan IPA dan pemahaman terhadap konsep IPA tertentu.

Dalam Kurikulum 2013, sudah ditentukan aspek pengetahuan dan keterampilan di mana masing-masing sudah digariskan kompetensi dasar pada mata pelajaran. Apabila seorang guru menyelenggarakan penilaian untuk dua kompetensi dasar pada aspek pengetahuan, maka skor atau nilai yang diperoleh merupakan raihan siswa kedua kompetensi dasar tersebut.

Di samping itu, pedoman Kurikulum 2013 juga menentukan bahwa nilai angka dan nilai huruf dilengkapi dengan deskripsi pencapaiannya. Misalnya, seorang siswa sekolah dasar memperoleh nilai angka 84 dan nilai huruf B pada mata pelajaran Matematika, maka di dalam laporan hasil belajar harus menyajikan kemampuan, katakanlah memiliki keterampilan  melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan, tetapi masih kurang memahami pemecahan masalah Matematika dan operasi perkalian.

Jadi nilai juga mencerminkan profil pencapaian pembelajaran siswa secara khusus di mana informasi tersebut dapat digunakan untuk membantu siswa mencapai prestasi pembelajaran yang lebih tinggi lagi. Inilah praktik memberi nilai yang bermakna.

 

Comments