BAGAIMANA CARA MENGGUNAKAN KOREKSI TEBAKAN JAWABAN?

Foto: Lourdenique/Pixabay

Bentuk soal obyektif seperti pilihan ganda dan benar salah membuka peluang bagi siswa untuk menebak jawaban. Miller, Linn, dan Gronlund (2009) menganjurkan agar guru memilih cara menyekor jawaban menggunakan faktor koreksi tebakan. Mengapa? Menurut mereka cara ini lebih menghasilkan skor yang lebih akurat yang mengindikasikan kemampuan siswa.

Bagaimana cara menggunakan faktor koreksi jawaban?

Pada dasarnya, siswa menebak jawaban karena mereka tidak menguasai bahan atau materi pembelajaran yang diujikan. Karena kecenderungan tersebut, skor atau nilai yang diperoleh siswa belum tentu menggambarkan kemampuan belajar siswa yang sesungguhnya. Bahkan seandainya guru memanfaatkan skor yang diperoleh dari aktivitas penilaian untuk mengungkap reliabilitas butir soal obyektif, informasi yang diperoleh bisa jadi keliru. Penyebabnya karena adanya faktor tebakan jawaban.

Miller, Linn, dan Gronlund (2009) menawarkan cara menghilangkan pengaruh faktor tebakan dengan menggunakan rumus koreksi faktor tebakan jawaban. Rumusnya yaitu: SN = B – (S / NA-1). Identitas SM merupakan skor siswa, B adalah jumlah jawaban yang benar, S adalah jumlah jawaban yang salah, dan NA adalah jumlah pilihan butir soal.

Pada butir soal benar-salah, rumus faktor tebakan yaitu SM = B – (S/2-1) atau SM = B-S. Misalnya, seorang guru menyajikan 10 soal benar-salah. Siswa berhasil menjawab benar sebanyak 8 butir soal, berarti 2 butir soal dijawab salah. Skor siswa tersebut yaitu: SM = 8 – 2 = 6.

Pada soal pilihan ganda formulasinya dapat divariasikan berdasarkan pilihan jawabannya. Apabila menggunakan tiga pilihan jawaban, rumusnya SM = B – S/2. Pada pilihan empat jawaban yaitu SM = B – S/3, sedangkan pada lima pilihan jawaban yaitu SM = B – S/4.

Sebagai contoh, seorang guru menyajikan 40 soal pilihan ganda yang masing-masing terdiri empat pilihan jawaban. Seorang siswa mampu menjawab benar sebanyak 25 butir soal. Berdasarkan rumus faktor koreksi tebakan, siswa memperoleh skor sebesar: SM = 25 – 15/3, jadi SM = 20. Skor sebesar 25 yang telah dikoreksi menggunakan rumus koreksi faktor tebakan menjadi 20.

Sebelum menerapkan rumus koreksi faktor tebakan untuk mengoreksi jawaban siswa, guru harus menyampaikan terlebih dahulu kepada siswa, termasuk cara penghitungan skor siswa. Penggunaan rumus koreksi faktor tebakan menjadi kurang fair apabila seorang guru menerapkan rumus tersebut tanpa menginformasikan terlebih dahulu kepada siswa. Siswa dapat merasa dirugikan.

Pada contoh di atas, siswa menjawab benar sebanyak 25 butir soal (skor 25), tetapi setelah menggunakan rumus koreksi faktor tebakan, skor siswa hanya menjadi 20. Oleh karena itu, guru wajib menginformasikan kepada siswa penggunaan rumus koreksi faktor tebakan tersebut dan memberikan contoh menghitung skor akhir berdasarkan rumus tebakan tersebut.

Berdasarkan penjelasan tersebut, siswa sudah mengetahui sejak awal resiko menebak jawaban dan mengerjakan setiap butir soal yang disajikan lebih berhati-hati, cermat, dan teliti. Yang lebih penting dari itu, siswa mempersiapkan diri dengan belajar sungguh-sungguh sehingga bisa mengerjakan soal-soal yang disajikan.

 

Comments