BAGAIMANA STRATEGI MERAKIT INSTRUMEN UNTUK TES ATAU PENILAIAN?

Gambar: asi24/Pixabay












Ketika hendak melaksanakan penilaian kelas atau pun penilaian pada tingkat satuan pendidikan, seorang guru harus mempersiapkan sejumlah butir soal kemudian merakitnya menjadi instrumen tes atau penilaian.

Setelah menulis butir soal berdasarkan kisi-kisi yang sudah disiapkan dan memeriksa setiap butir soal tersebut, guru harus mengaturnya menjadi sebuah instrumen tes atau penilaian. Instrumen tes atau penilaian dapat mencakup beragam jenis atau bentuk soal yang harus dikelompokkan sesuai jenis atau bentuk soal secara terpisah. Misalnya, guru menyajikan soal pilihan ganda dan uraian singkat untuk menilai pencapaian kompetensi selama satu semester.

Merakit tes atau kadang kala disebut merakit soal (test assembling) merupakan aktivitas menyusun soal yang siap pakai menjadi instrumen tes atau beberapa paket tes yang bersifat paralel.

Untuk merakit tes atau penilaian, guru harus mempedomani kisi-kisi tes atau penilaiannya. Di dalam merakit tes, guru mengelompokkan butir soal yang disajikan kepada siswa. Nah, ada berbagai teknik merakit tes yaitu menurut jenis butir soal, hasil pembelajaran siswa, terakhir tingkat kesulitan butir soal.

Pertama, menurut jenis butir soal. Merakit tes atau penilaian yang paling lazim berdasarkan jenis butir soal yang digunakan.

Apabila cara ini yang dipakai dan butir soalnya bervariasi, maka merakit tes atau penilaian dengan mengurutkan berdasarkan kelompok butir soal. Katakanlah seorang guru mengurutkan menurut butir soal benar salah, menjodohkan, pilihan ganda, dan seterusnya.

Cara semacam ini mempunyai kelebihan yaitu dalam menyusun dan menyajikan instruksi pengerjaan soal dan lebih menghemat waktu pada saat siswa mengerjakannya. Kelebihan lainnya siswa menjadi lebih runtut mengerjakan karena siswa menggunakan kemampuan yang sama berdasarkan pengelompokkan jenis soalnya.

Misalnya, apabila siswa mengerjakan butir soal benar-salah, siswa hanya akan menggunakan kemampuan mengingat dan memahami saja, bukan kemampuan mengaplikasikan atau bahkan menganalisis. Kelebihan yang terakhir yaitu guru mudah menyekor jawaban siswa.

Apabila guru menggunakan uraian bebas atau mengarang dan tugas kinerja (unjuk kerja), siswa membutuhkan waktu yang relatif lama mengerjakan kedua jenis soal tersebut; lebih baik kedua jenis soal tersebut dilaksanakan secara terpisah.

Strategi yang lain, mengombinasikan kedua jenis soal tersebut dengan jenis soal lain, kedua jenis soal tersebut diletakkan pada bagian paling akhir. Guru amat jarang memakai seluruh jenis soal secara bersama-sama dalam satu instrumen tes atau penilaian. Kalau pun guru menggunakan seluruh bentuk soal, secara umum, pengurutannya berdasarkan jenis soal sebagaimana dikemukakan di atas.

Kedua, menurut hasil pembelajaran siswa. Apabila merakit tes menurut hasil pembelajaran siswa, caranya yaitu mengaturnya berdasarkan kompleksitas hasil pembelajarans siswa yang hendak dinilai, mulai dari hasil pembelajaran yang sederhana hingga yang kompleks. Guru dapat menempatkan soal yang mengukur hasil belajar yang sama secara bersama-sama, kemudian diurutkan berdasarkan tingkat kesulitannya.

Sebagai contoh, guru menyajikan soal pilihan ganda. Guru mengurutkan bagian-bagian soal pilihan ganda berdasarkan pengetahuan dan pemahaman terhadap istilah atau terminologi, fakta-fakta, prinsip atau prosedur, dan aplikasi prinsip atau prosedurnya. Dengan cara semacam ini, siswa dapat mengerjakan setiap soal yang disajikan mulai dari hasil belajar sederhana hingga kompleks (tinggi).

Ketiga, tingkat kesulitan. Alternatif lain merakit tes menurut tingkat kesulitan. Caranya dengan mengurutkan butir soal yang relatif mudah hingga yang tingkat kesulitannya tinggi.

Kelebihan cara ini yaitu dapat memotivasi siswa menjawab butir soal yang disajikan. Dengan kata lain, membangun rasa percaya diri dalam diri siswa ketika mengerjakan soal. Selain itu, siswa dapat mengerjakan soal dengan lebih efektif, karena siswa tidak menghabiskan waktu mengerjakan soal yang tingkat kesulitannya tinggi seandainya soal dengan tingkat kesulitan tinggi tersebut ditempatkan pada bagian-bagian awal. Apabila waktu mengerjakan tes cukup lama, siswa bisa memilih mengerjakan soal paling mudah terlebih dahulu kemudian soal yang tersulit.

Butir soal uraian bebas dan unjuk kerja (kinerja) lebih baik diadministrasikan secara terpisah. Mengapa? Karena siswa membutuhkan waktu yang lebih banyak berdasarkan keluasan jawaban yang diberikan dibandingkan jenis soal pilihan ganda, menjodohkan, benar-salah atau yang lainnya. Di samping itu respon yang diberikan siswa berbeda.

Tes atau penilaian unjuk kerja (kinerja) yang menilai keterampilan membutuhkan waktu yang lebih banyak. Untuk mengerjakan dan menuntaskannya, siswa membutuhkan akses informasi dan peralatan atau bahan seperti perpustakaan, peralatan laboratorium, dan lain-lain, sehingga pengadministrasiannya harus benar-benar terpisah dari kegiatan penilaian atau tes.


Comments