MENGAPA NILAI HARUS MENDUKUNG PEMBELAJARAN?

Foto: Weisanjiang/Pixabay



Ketika seorang guru memberi nilai kepada siswanya, terutama nilai rapor, nilai tersebut haruslah mendukung pembelajaran siswa. Mengapa? Nilai memiliki hubungan erat dengan pembelajaran yang dilakukan guru. Keterakaitannya dijelaskan sebagai berikut. 

Pertama, pembelajaran merupakan sebuah proses. Seringkali proses tersebut dapat menghasilkan kesuksesan maupun sebuah kegagalan. Begitu pula dengan kesulitan-kesulitan pembelajaran yang dialami siswa. Kesulitan pembelajaran siswa semestinya tidak boleh dipandang sebagai resiko pembelajaran yang harus dihadapi siswa sendiri. 

Apabila siswa memperoleh nilai rendah, mereka cenderung menyalahkan diri sendiri, dan seringkali tidak berdaya untuk memperbaikinya. Oleh karena itu siswa membutuhkan bantuan agar dapat bangkit lagi untuk memperbaiki pembelajarannya dan berhasil.

Kedua, kebanyakan proses pembelajaran bersifat kumulatif dan akan berkembang. Dalam konteks ini yang diutamakan yakni prestasi atau pencapaian pembelajaran terkini. Oleh karena itu mengapa segala sesuatu yang terjadi dalam pembelajaran tidak mesti diskor atau dinilai, dan segala sesuatu yang diskor atau diberi nilai tidak memiliki bobot yang sama dibandingkan yang lain untuk menentukan nilai akhir yang diperoleh seorang siswa.

Nilai dapat menggerus motivasi belahar siswa. Lebih-lebih apabila nilai menjadi prioritas utama dan menjadi sesuatu yang harus dikejar. Black dan William (1998) dalam tulisannya berjudul Inside the Black Box: Raising Standards through Classroom Assesment menggunakan istilah “mundur karena terluka”; gambaran suasana psikologis yang dialami siswa apabila nilai menjadi prioritas yang tertinggi dibandingkan perbaikan pembelajaran. 

Apabila pembelajaran terfokus pada penghargaan nilai atau ranking, siswa hanya mengejar perolehan nilai yang terbaik, alih-alih meningkatkan pembelajaran menjadi lebih baik. Menurut Black dan William (1998), para siswa berusaha menghindari tugas-tugas pembelajaran yang sulit; menghabiskan waktu dan energi mencari kunci atau petunjuk untuk jawaban yang benar atau yang lebih menyedihkan, mereka menyerah dan “mundur karena terluka". 

Bertolak belakang dengan pendekatan tradisional dalam memberi nilai, di mana seorang guru harus memberi skor atau nilai segala sesuatu yang terjadi dalam pembelajaran, dan setiap komponen-komponen asesmen menjadi penentu nilai siswa. Pihak sekolah dan guru perlu menemukan cara atau strategi bagaimana setiap orang tua dan siswa memahami dan mendukung pembelajaran sebagai suatu proses. 

Semua kesulitan pembelajaran yang dialami siswa sepenuhnya adalah tanggung jawab guru dan orang tua. Sudah sewajarnya guru dan orang tua berkolaborasi bahu membahu membantu mengatasi berbagai kesulitan pembelajaran yang dialami siswa.

Apabila seorang guru memahami bahwa memberi nilai untuk keberhasilan pembelajaran, maka nilai haruslah mencerminkan apa yang diajarkan dan apa dinilai oleh guru dalam konteks keberhasilan pembelajaran itu sendiri. Pendapat semacam ini bukan mau menyatakan bahwa semua siswa harus berhasil, tetapi keberhasilan pembelajaran haruslah merefleksikan tingkat perkembangan pembelajaran siswa.

Comments