LIMA STRATEGI MENYARING DATA PENILAIAN

Foto: Istock

Hampir setiap hari seorang guru akan berhadapan dengan data penilaian kelas. Misalnya, data dari hasil penilaian harian, portofolio, proyek, dan sebagainya. Penilaian menjadi tidak berguna kecuali seorang guru melakukan sesuatu dengan data penilaian.

Yang diharapkan tentu saja tidak cukup sekedar mengelola data penilaian, misalnya, hanya mengoreksi hasil pekerjaan siswa dan mengisi skor atau nilai yang diperoleh siswa dalam buku penilaian.

Data penilaian harus disaring untuk melihat trendnya, garis perkembangan, dan kekuatannya. Ketika menghadapi data penilaian, seorang guru harus bergerak lebih dalam untuk mengungkap akar masalah, bukan hanya melihat gejalanya. Berdasarkan hal itu, data penilaian seharusnya ditindaklanjuti.

Bagaimana menyuling atau menyaring data penilaian? Guru dapat menggunakan lima cara berikut ini.

Pertama, berdasarkan domain atau aspek pembelajaran. Kompetensi di dalam kurikulum dibedakan dan dikategorikan menurut aspek pengetahuan dan keterampilan. Setiap kompetensi memiliki konten pembelajaran sendiri-sendiri.

Misalnya, aspek pengetahuan pada materi pembelajaran mata pelajaran Ekonomi dapat dikelompokkan menjadi: (1) Masalah Pokok Ilmu Ekonomi, (2) Para Pelaku Ekonomi dan Interaksinya, (3) Pasar dan Harga, dan (5) Mekanisme Pasar.

Dengan mengambil dan mengamati data penilaian berdasarkan aspek pembelajaran sesuai dengan uraian materi yang dipelajari, seorang guru memperoleh gambaran tentang kinerja pembelajaran siswa. Dari sinilah guru dapat menargetkan aspek pembelajaran tertentu dalam pembelajaran berdasarkan kebutuhan untuk perbaikan dan peningkatan pembelajaran siswa.

Kedua, berdasarkan kompetensi atau standar di dalam dokumen kurikulum. Aspek pengetahuan dan keterampilan memiliki kompetensi atau standar sendiri-sendiri. Jumlah kompetensi setiap jenjang pendidikan dan mata pelajaran dapat bervariasi.

Ketika menggunakan data penilaian menurut kompetensi atau standar di dalam kurikulum, seorang guru menentukan pada kompetensi atau standar mana yang telah dikuasai siswa secara mendalam dan kompetensi atau standar mana yang perlu diperiksa lebih lanjut.

Pada kompetensi atau standar yang belum dikuasai secara mendalam, seorang guru dapat melakukan kegiatan pembelajaran ulang atau pembelajaran remedial yang intensif dengan berbagai strategi atau metode pembelajaran.

Beberapa pertanyaan yang dapat memandu guru ketika memeriksa data penilaian berdasarkan kompetensi atau standar. Apakah saya cukup memberikan pengajaran dan pembelajaran pada suatu kompetensi atau standar tersebut? Apakah kompetensi atau standar benar-benar diajarkan atau dipelajari selama siklus penilaiannya? Apakah guru lain pada jenjang kelas yang sama dan mata pelajaran yang sama memperoleh hasil yang sama atau hasil berbeda pada kompetensi atau standar yang sama? Bagaimana data tersebut digunakan untuk membandingkan dengan data pada kompetensi atau standar yang sama dari penilaian sebelumnya?

Ketiga, berdasarkan siswa. Seorang guru harus melihat hasil yang diperoleh masing-masing siswa, biasanya seorang guru akan mengingat nama siswa, latar belakangnya (misalnya, jenis kelamin, sosial-ekonomi, budaya, dan sebagainya), dan kekuatan atau kekurangan yang dimiliki siswa t ersebut.

Ketika memeriksa hasil penilaian berdasarkan siswa tersebut, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan reflektif. Apakah hasil yang diperoleh siswa dikategorikan baik atau buruk? Apakah siswa mengalami perkembangan berdasarkan penilaian yang terakhir atau justru malah mengalami kemerosotan? Berdasarkan kompetensi atau standarnya, siswa membutuhkan bimbingan yang lebih banyak dari guru? Apakah siswa yang lain juga hasilnya kurang bagus atau merosot pada kompetensi atau standar yang sama? Apakah bimbingan guru yang lebih terstruktur dapat membantu siswa berhasil menguasai kompetensi atau standar yang dipelajari?

Keempat, berdasarkan kekompok siswa. Dengan menyaring berdasarkan sub-sub kelompok siswa, seorang guru dapat menarik kesimpulan apakah pembelajaran dan pengajaran yang dilaksanakan sudah mampu menyentuh seluruh siswa atau hanya beberapa siswa saja. Beberapa contoh pengelompokan siswa berdasarkan sub-sub kelompok yaitu menurut kemampuan intelektual, gender, sosial ekonomi, kemampuan yang dimiliki (misalnya, disabilitas atau tidak, dan sebagainya), kelancaran berbahasa, dan sebagainya. Hindari pengelompokan siswa yang berbau SARA!

Kelima, berdasarkan guru yang mengajar. Yang terakhir ini mungkin agak sulit dilaksanakan. Pada sekolah yang memiliki jumlah siswa yang besar, pada jenjang kelas tertentu seringkali yang mengajar lebih dari satu guru. Data penilaian pada kompetensi atau standar yang sama maupun materi pembelajaran yang diajarkan oleh guru yang berbeda, meskipun jenjangnya dan mata pelajaran sama, dapat berbeda-beda, bahkan variasinya sangat mencolok.

Membicarakan data penilaian tersebut antar guru yang mengajar jenjang kelas dan mata pelajaran yang sama kadangkala menimbulkan ketidaknyamanan. Meskipun demikian sangat penting bahwa para guru mengeksplorasi semua aspek pada data penilaian.

Misalnya, apakah metode atau strategi pembelajaran yang diterapkan para guru berbeda-beda, meskipun yang diajarkan materinya atau kompetensinya sama? Dukungan apa yang diberikan guru kepada siswa yang meraih nilai yang rendah atau belum tuntas? Apakah antara guru dan guru yang lain dukungan kepada siswa berbeda pendekatannya atau metodenya?

Yang harus ingat, apabila guru memilih strategi yang kelima, guru harus melihat data penilaian secara klinis, bukan secara kritis. Apabila melihat data secara kritis, hasilnya justru menyebabkan suasana ketegangan di antara para guru yang mengajar mata pelajaran yang sama atau jenjang kelas yang sama. Berbeda halnya jika melihat data penilaian secara klinis, fokusnya demi perbaikan atau kemajuan pembelajaran siswa.