MENILAI DAN MEMBERI NILAI: SAMAKAH ATAU BERBEDA?

Seorang guru memiliki tugas penting yaitu mendesain dan melaksanakan pengajaran dan melakukan penilaian kelas. Nah kebanyakan guru kerap menyamakan penilaian dengan memberi nilai. Dalam praktiknya guru melakukan penilaian dan secara bersamaan memberikan nilai juga kepada siswa-siswanya. Muncul anggapan bahwa kalau tidak memberi nilai maka seorang guru tidak melakukan penilaian. Tentu saja ini pemahaman yang tidak sepenuhnya tepat.

Ada dua istilah penting yaitu classroom assessment dan grading. Istilah classroom assessment diterjemahkan menjadi penilaian kelas, sedangkan grading diterjemahkan menjadi memberi nilai. 

Apa perbedaan keduanya? Penilaian kelas merupakan berbagai strategi sistematis yang dilakukan guru untuk memperoleh dan mengumpulkan, menganalisis, dan menggunakan informasi tentang bukti pembelajaran siswa untuk mengambil keputusan tentang pencapaian pembelajaran siswa

Ketika seorang guru melakukan penilaian kelas, maka guru tersebut akan menggunakan sejumlah metode atau teknik penilaian dan instrumen penilaian. Kita mengenal berbagai metode penilaian seperti penilaian tertulis, penilaian kinerja, komunikasi pribadi (tanya jawab, wawancara, dan lain-lain) serta metode penilaian yang lainnya. Aktivitas penilaian akan menghasilkan apa yang disebut informasi penilaian pembelajaran siswa.

Nilai (grade) atau kadang-kadang disebut skor, umumnya, digunakan untuk memberi nilai atau skor pada tugas individu dan simbol (biasanya huruf dan/atau angka) atau kadang-kadang suatu tingkat tertentu (misalnya, cakap atau terampil) pada laporan hasil belajar (rapor). Tetapi beberapa literatur mendefinisikan bahwa istilah nilai menunjuk pada nilai akhir yang berupa sebuah angka, huruf, atau simbol yang lainnya dalam laporan hasil belajar siswa, bukannya nilai atau skor pada sebuah hasil dari pekerjaan siswa, misalnya, dari hasil ulangan harian.

Memberi nilai berarti penggunaan simbol (angka, huruf, atau bentuk simbol yang lain) sebagai ringkasan atau kesimpulan pencapaian pembelajaran siswa selama periode tertentu. Tetapi memberi nilai juga bisa berarti memberi simbol tertentu pada satu hasil pekerjaan siswa, lazimnya dalam bentuk angka. Jadi memberi nilai kadang-kadang disamaartikan dengan memberi skor atau menyekor (marking atau scoring) yang menunjuk pada penggunaan simbol yang merepresentasikan prestasi atau pencapaian pembelajaran siswa pada setiap bentuk bukti penilaian.
 
Nilai atau skor berupa angka. Hasil pekerjaan siswa, terutama dari ulangan atau tes, menerima atau memperoleh skor yang dihasilkan dari prosedur penilaian yang harus didefinisikan dan diartikulasikan secara akurat. Sebagai contoh, pada ulangan harian menggunakan soal pilihan ganda, benar-salah, atau menjodohkan, prosedur penilaiannya memberikan satu poin untuk setiap jawaban yang benar. Ulangan harian yang menggunakan pertanyaan uraian memerlukan skema penilaian yang jelas untuk menentukan alokasi poin pada setiap jawaban siswa.

Dari situ, nilai yang diperoleh seorang siswa dapat mengandung dua arti. Pertama, nilai untuk satu hasil pekerjaan siswa (ulangan, tugas, dan lain-lain) mencerminkan prestasi atau pencapaian pembelajaran siswa yang ditunjukkan dari satu hasil pekerjaan siswa itu. 

Kedua, nilai pada laporan hasil belajar merefleksikan prestasi pembelajaran siswa dari keseluruhan hasil pekerjaan siswa selama periode pembelajaran tertentu. Nilai yang muncul dalam laporan hasil belajar siswa seringkali disebut sebagai nilai final. Barangkali hal ini agak membuat para pembaca sedikit kebingungan, tetapi yang terpenting kita harus memahami bahwa kedua istilah itu hanyalah sebuah pendekatan semata untuk membedakan antara nilai dan nilai akhir.

Kita bisa melihat bahwa penilaian memiliki cakupan yang lebih luas daripada memberi nilai dan nilai. Memberi nilai hanyalah salah satu unsur atau komponen dari penilaian belajar siswa di sekolah.

Di atas sudah disebutkan bahwa penilaian sebagai aktivitas untuk memperoleh informasi pembelajaran siswa, maka kita juga dapat melihat informasi yang diperoleh tersebut berdasarkan tujuannya. Penilaian mempunyai dua tujuan: Tujuan formatif dan tujuan sumatif.

Pertama, tujuan formatif atau penilaian formatif (formative assessment). Penilaian formatif berarti guru dan siswa secara bersama-sama mengumpulkan dan menggunakan informasi tentang perkembangan pencapaian pembelajaran siswa terhadap apa yang hendak dicapai dalam pembelajaran. Informasi yang diperoleh dari penilaian formatif digunakan untuk guru dan siswa. 

Yang perlu ditekankan di sini, penilaian formatif tidak bertujuan untuk memberi nilai. Lantas apa tujuan penilaian formatif? Penilaian formatif bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran siswa dan pengajaran yang dilakukan guru. Kekuatan penilaian formatif terletak pada umpan balik (feedback) yang diberikan guru maupun umpan balik yang diberikan oleh seorang siswa dari siswa yang lain melalui mekanisme penilaian diri dan/atau penilaian antar siswa.

Sebagai contoh, seorang guru mengadakan ulangan harian. Hasil ulangan itu dikoreksi tetapi tidak diberi nilai. Hasil ulangan dikembalikan lagi kepada siswa disertai dengan tanggapan atau komentar dari gurunya tentang hasil ulangannya. Dalam kertas ulangan, guru menyampaikan kelebihan dan kekurangan dari hasil pekerjaan siswa dengan harapan siswa memperbaiki atau meningkatkan pembelajarannya.

Contoh yang lain, seorang guru memberikan tugas kelompok. Pada akhir tugas kelompok, guru membagi lembaran yang berisi pertanyaan yang harus diisi siswa untuk menilai bagaimana peran mereka dalam kerja kelompok. Seorang siswa akan menilai kontribusi siswa lain sesama anggota kelompok. Dari hasil penilaian itu, siswa akan berkaca dan melihat bagaimana kontribusinya dalam kerja kelompok berdasarkan penilaian dari dirinya sendiri dan dari penilaian temannya sesama kelompok.

Kedua, tujuan sumatif atau disebut penilaian sumatif (summative assessment). Penilaian sumatif merupakan penilaian yang dilakukan setelah pembelajaran. Tidak seperti halnya penilaian formatif di mana guru dan siswa saling terlibat dan berpartisipasi, penilaian sumatif sepenuhnya tanggung jawab guru.

Salah satu tujuan dari penilaian sumatif yaitu memberi nilai kepada siswa yang merefleksikan pencapaian pembelajarannya relatif terhadap kompetensi atau standar yang ditetapkan di dalam kurikulum. Jadi jelas bahwa tujuan penilaian sumatif, salah satunya, untuk memberikan nilai (dalam bentuk angka, huruf atau pun bentuk nilai yang lain). 

Selain digunakan untuk memberikan nilai, informasi yang diperoleh dari penilaian sumatif bisa digunakan untuk kelulusan, kenaikan kelas, memberikan penghargaan (beasiswa), ranking, dan lain-lain. Aktivitas penilaian untuk setiap topik pembelajaran atau setiap kompetensi, penilaian tengah semester, dan penilaian akhir semester, tugas proyek atau pun aktivitas penilaian lainnya yang tujuannya untuk memberi nilai termasuk kategori penilaian sumatif.
 
Berbagai nilai yang diperoleh seorang siswa pada berbagai aktivitas penilaian sumatif selama periode pembelajaran tertentu akan digunakan seorang guru untuk menentukan nilai akhir pada masing-masing aspek pembelajaran yang diperoleh seorang siswa dan dicantumkan dalam laporan hasil belajar siswa.

Tidak semua informasi yang menunjukkan bukti pembelajaran siswa digunakan guru untuk memberikan nilai. Seorang guru seharusnya memahami bahwa informasi penilaian yang digunakan untuk memberi nilai hanya menggunakan sebagian dari keseluruhan informasi penilaian yang sudah diperoleh

Informasi penilaian tersebut barangkali bisa berupa pencapaian pembelajaran siswa, tetapi bisa juga berupa sikap atau perilaku seperti disiplin, kerja keras, sikap, perilaku, minat, kebiasaan kerja, kehadiran, dan lain-lain. Seluruh informasi tersebut relevan untuk mengetahui bagaimana pencapaian, perkembangan, dan kemajuan siswa, menyesuaikan pengajaran dan pembelajaran, melatih siswa untuk melakukan keterampilan tertentu, bahkan yang jauh lebih hebat lagi bisa memotivasi belajar siswa (ini yang paling sulit dilakukan!). 

Gambar di bawah ini menunjukkan informasi penilaian mana yang akan digunakan guru untuk memberikan nilai. Kotak yang diberi warna yang di dalamnya terdapat berbagai deskripsi penjelasan tentang informasi untuk memberi nilai, informasi tentang kecakapan pembelajaran, dan informasi tentang perkembangan dan kemajuan pembelajaran siswa selama periode tertentu.
 

Gambar di atas menyajikan hubungan seluruh informasi yang diperoleh dari aktivitas penilaian dalam kaitannya dengan memberikan nilai. Ketika kita membicarakan tentang memberi nilai kepada siswa, maka praktik ini berdasarkan tiga unsur.

Pertama, informasi penilaian yang berisi informasi seluruh aktivitas penilaian yang dilakukan guru. Kedua, informasi yang harus dilaporkan hanya pada hasil yang terukur dan hasil observasi yang dilaporkan guru. Ketiga, informasi untuk memberikan nilai (hanya pada pengukuran dan observasi yang dilaporkan guru dalam bentuk nilai yang merepresentasikan pencapaian pembelajaran siswa). 

Pada unsur ketiga, diungkapkan bahwa informasi untuk memberikan nilai hanya berdasarkan pada informasi dari penilaian yang benar-benar merepresentasikan pencapaian pembelajaran siswa. Jadi informasi penilaian yang digunakan haruslah benar-benar terpilih. 

Informasi penilaian yang memang tidak mencerminkan pencapaian pembelajaran siswa, lebih baik disingkirkan atau digunakan untuk tujuan yang lain. Misalnya, memberikan umpan balik atau digunakan untuk tujuan lain.

Dengan demikian, seluruh aktivitas penilaian yang dilakukan guru di kelas yang digunakan untuk memberi nilai hanyalah bersumber dari informasi yang benar-benar terukur dan terpilih yang  merefleksikan prestasi atau pencapaian pembelajaran siswa. Oleh karena itu, tidak seluruh aktivitas penilaian kelas harus diberi nilai.