PENILAIAN FORMATIF DAN PENILAIAN SUMATIF


Penilaian kelas memiliki tujuan yang berbeda-beda. Berdasarkan tujuannya, penilaian kelas dapat dibedakan menjadi penilaian formatif (formative assessment) dan penilaian sumatif (sumative assessment). Apakah yang membedakan keduanya?

Penilaian formatif merupakan aktivitas penilaian yang bersifat informal maupun formal yang dilakukan oleh guru selama pembelajaran di kelas yang hasil-hasilnya digunakan untuk memperbaiki pengajaran guru maupun untuk memperbaiki dan meningkatkan pencapaian pembelajaran siswa. Praktik penilaian bertujuan formatif sejauh bahwa bukti-bukti pencapaian pembelajaran yang diperoleh ditafsirkan dan digunakan oleh guru, siswa, atau pun sesama siswa untuk membuat keputusan tentang langkah-langkah berikutnya dalam pengajaran dan pembelajaran untuk mencapai hasil pembelajaran yang lebih baik.

Tujuan dari penilaian formatif adalah untuk memantau perkembangan pembelajaran siswa secara berkelanjutan (istilahnya on going assessment) melalui umpan balik yang dapat digunakan seorang guru untuk meningkatkan atau memperbaiki pengajaran dan dari sisi siswa untuk meningkatkan dan memperbaiki pembelajaran siswa.

Yang perlu dipahami, penilaian formatif bukanlah tes seperti praktik ulangan harian yang dilakukan seorang guru secara rutin. Jika seorang guru mengatakan bahwa dirinya sudah memberikan ulangan harian kepada para siswanya di kelas kemudian menyatakan bahwa sudah melakukan penilaian formatif, tentu saja hal itu pendapat yang keliru. Selain itu, penilaian formatif bukan bertujuan untuk memberi nilai (skor) yang diperoleh seorang siswa.

Secara lebih spesifik penilaian formatif mengandung dua hal berikut.

Pertama, penilaian formatif membantu siswa mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pembelajarannya melalui umpan balik (feedback) yang diberikan guru maupun siswa sendiri melalui penilaian diri (self-assessment) dan penilaian antar siswa (peer assessment).

Umpan balik bukan diartikan sebagai tindakan atau praktik memberikan pujian. "Wah kamu hebat, nak". "Nilaimu bagus sekali, nak". "Kamu pintar, jawabanmu benar semuanya". Contoh-contoh tersebut bukanlah umpan balik. Perhatikan contoh berikut ini.

"Nah, bagian pertama seperti soal yang terakhir yang telah kamu kerjakan. Kemudian kamu tambahkan satu variabel lagi. Coba, temukanlah."

"Kamu telah menggunakan subtitusi untuk memecahkan persamaan tersebut. Sekarang, cobalah menggunakan cara eliminasi untuk menyelesaikannya."

"Kamu telah menggunakan istilah dan konsep yang kurang tepat untuk menjelaskan masalah tersebut. Sekarang kamu perbaiki gunakan istilah dan konsep yang lebih tepat sehingga masalah itu bisa ditemukan solusinya dan penjelasannya menjadi lebih terinci dan tepat."

Kedua, menyediakan informasi bagi guru untuk mengenal kemampuan pembelajaran siswa dan mengatasi berbagai hambatan pembelajaran yang dihadapi siswa.

Apa yang disampaikan di atas bukanlah sebuah konsep, melainkan praktik yang sudah menunjukkan hasil yang nyata atau pun efektivitasnya sudah teruji. Black dan William (1998) dalam studinya terhadap lebih dari 250 penelitian tentang penilaian formatif membandingkannya efek atau pengaruhnya dengan penilaian sumatif.  Mereka menemukan bahwa penilaian formatif memiliki pengaruh yang lebih kuat terhadap pembelajaran siswa dibandingkan penilaian sumatif. 

Begitu pula kesimpulan yang dikemukakan Crooks (2001). Crooks (2001) menemukan bahwa pengaruh penilaian sumatif lebih rendah dan konsistensinya terhadap pencapaian pembelajaran siswa kurang teruji dibandingkan penilaian formatif. Kedua riset tersebut setidaknya memberikan petunjuk bahwa penilaian formatif memberi pengaruh dan daya dukung terrhadap pembelajaran siswa.

Beberapa contoh penilaian formatif antara lain: Membuat peta konsep yang dapat membantu siswa memahami topik pembelajaran tertentu, memberikan pekerjaan rumah (PR) untuk memperkuat dan memperdalam pemahaman siswa terhadap topik pembelajaran yang baru saja dipelajari, dan melakukan aktivitas tanya jawab di kelas yang dapat menilai kemampuan siswa memahami topik pembelajaran tertentu.

Biasanya setelah siswa melakukan aktivitas seperti yang disajikan pada contoh di atas, dilanjutkan dengan praktik memberikan umpan balik untuk memperbaiki pembelajaran siswa. Misalnya, memperbaiki kesalahan konsep, kesalahan metode, dan lain-lain. 

Beberapa contoh penilaian sumatif yaitu: penilaian harian melalui tes tertulis, tes lisan, dan tugas yang tujuannya untuk memberi nilai kepada siswa, penilaian tengah semester melalui tes atau ujian tengah semester, penilaian akhir semester melalui tes atau ujian akhir semester, tugas proyek yang dikerjakan selama periode pembelajaran yang akan dinilai dan diberi nilai pada akhir proyek tersebut.

Berbeda dengan penilaian sumatif, tujuan penilaian ini adalah untuk mengevaluasi pembelajaran siswa pada akhir sebuah topik pembelajaran untuk membuat judgment tentang pembelajaran siswa dengan membandingkannya dengan isi kompetensi atau standar di dalam kurikulum dan intensi pembelajaran (tujuan pembelajaran atau pun indikator pencapaian kompetensi). Tujuan penilaian sumatif untuk memberikan nilai kepada siswa yang nantinya nilai itu akan muncul dalam laporan hasil belajar siswa (rapor) dalam bentuk angka, huruf, atau tingkat pencapaian tertentu (misalnya, terampil atau tidak terampil), dan lain-lain.

Informasi dari penilaian sumatif dapat digunakan secara formatif. Hal ini terjadi apabila guru dan siswa menggunakannya untuk memperbaiki pembelajaran pada program pembelajaran berikutnya.